Wartaviral.com.Labuhanbatu – Di tengah era digital yang serba cepat dan instan ini jarang terdengar lagi kisah wartawan yang konsisten menjunjung tinggi idealisme. Ruh jurnalistiknya bisa menjadi cerita tersendiri—penuh makna cerminan kehormatan yang layak dikenang.
Tersebut, Kurnia Hamdani sosok wartawan Kabupaten Labuhanbatu yang sangat berpengaruh di daerahnya. Diantara segelintir pewarta, namanya mencuat sebagai figur teguh berprinsip. Lebih dari sekadar menulis berita, dia turut mengangkat isu-isu kemanusiaan, sosial, hingga hukum yang menyentuh kepentingan masyarakat.
Berawal dari kehidupan sederhana sebagai anak Kerani di PT. Perkebunan Nusantara 9 Tembakau, menjadi semangat perjalanan panjang dan penuh tantangan dalam dunia jurnalistik.
Kurnia bukanlah wartawan biasa. Tulisannya sarat empati, mampu menyentuh nurani publik dengan idealisme sebagai pijakan, meskipun kerap menghadapi tekanan dari berbagai pihak.
Pendekatannya yang bijak dan terukur terhadap narasumber memungkinkan menggali informasi yang unik, lalu mengolah menjadi cerita yang menggambarkan kompleksitas sisi kemanusiaan secara utuh.
Beberapa karyanya yang paling berkesan meliputi laporan tentang kekerasan oleh pejabat terhadap warga kecil, pengungkapan pelarian bandar narkoba, jaringan narkotika, sejarah geng motor di Labuhanbatu, isu difabel, hingga kisah pemudik yang lolos dari penyekatan Riau-Sumut saat pandemi COVID-19.
Dalam berbagai penugasan, Kurnia mengaku sering menghadapi tekanan dan respon negatif, terutama saat menelusuri isu sensitif yang menyudutkan kepentingan tertentu. Baginya, tekanan justru menjadi bahan bakar yang kian melecut semangat, terutama saat berada di titik terendah dalam mengungkap kebenaran.
“Tekanan dan ancaman itu pasti ada. Tapi kita harus menyikapinya dengan bijak. Menjadi wartawan bukan perkara mudah. Ketika kita mencoba mengungkap fakta, justru tekanan datang dari pihak-pihak yang terganggu. Tapi buat saya, itu tantangan,” ujar Kurnia, Rabu (30/4) di Rantauprapat.
Sebagai pewarta di Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) (www.sumut.antaranews.com) , Kurnia menekankan pentingnya menjaga etika profesi. Baginya, profesionalisme dibangun dari integritas dan integritas yang konsisten.
Ia juga berharap para pemangku kebijakan lebih terbuka terhadap wartawan, agar fungsi kontrol sosial media berjalan maksimal. Hal ini penting bukan hanya untuk menjamin transparansi tapi juga mencegah penyebaran disinformasi.
“Etika itu krusial untuk menjaga kredibilitas. Kalau satu wartawan melanggar etika, bisa berdampak ke semuanya. Kita harus saling menjaga. Seorang wartawan tentu tak akan mewawancarai narasumber yang tidak kompeten. Maka, pejabat pun harus siap menjalani proses jurnalistik secara terbuka,” jelasnya.
Kurnia juga menyampaikan harapan agar tidak ada lagi diskriminasi terhadap wartawan, terkhusus di Labuhanbatu, sehingga akan lahir karya jurnalistik yang mampu membentuk kesadaran untuk kepentingan publik.
Baginya, karya jurnalistik tidak menjadi alat penghukuman yang sembrono. Keadilan harus lebih diutamakan dibanding sekadar mengejar sensasi atau kepentingan tertentu.
Setelah 15 tahun bergelut di dunia jurnalistik berpesan kepada insan pers untuk bijak dan berhati-hati dalam menyampaikan informasi yang dapat merugikan masyarakat.
Kurnia percaya, kunci menjadi wartawan profesional terletak pada kemauan untuk terus membaca dan belajar.
“Wartawan itu seperti pisau bermata dua. Harus digunakan oleh tangan yang tepat dengan hati-hati. Intinya kesadaran,” ujarnya.(Effendi)