BeritaYogyakarta

Sosok Fokki Ardiyanto, Pejuang Minoritas dan Wong Cilik

29
×

Sosok Fokki Ardiyanto, Pejuang Minoritas dan Wong Cilik

Sebarkan artikel ini

YOGYAKARTA – Antonius Fokki Ardiyanto, adalah seorang Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Pria kelahiran 5 Juli 1972 itu akrab dipanggil Fokki.

Penah menjadi anggota DPRD Kota Yogyakarta selama 3 periode, sejak tahun 2009. Fokki dikenal dekat dengan masyarakat kecil, apalagi saat ini Fokki masih aktif sebagai anggota DPRD Kota Yogyakarta di Komisi B.Antonius Fokki Ardiyanto adalah putra sulung dari empat bersaudara, dari pasangan Marcus Artono dan Ning Widati. Kedua orangtuanya hanya pekerja buruh.

Sejak kecil Fokki tinggal Bersama Kakeknya ST Irsam Siswo Seputro di Kampung Pengok tepatnya Blok C 12 Demangan, Gondokusuman, Yogyakarta.

Kakek Fokki adalah pensiunan pegawai Kereta Api, sekaligus aktivis Buruh di era Bung Karno. Ia seorang pengagum bung Karno. Tak heran jika sejak kecil, Fokki sudah lekat dengan sosok Bung Karno yang foto besarnya terpampang di ruang tamu rumah kakeknya.

Meski hidup sederhana, membaca sudah menjadi budaya keluarga. Pendidikan dasar ditempuhnya di SD Kanisius Baciro atau yang sekarang menjadi SD Joannes Bosco Yogyakarta (Joannes Bosco School) dan lulus tahun 1985.

Kemudian, Fokki melanjutkan sekolah menengah pertamanya di SMP Pangudiluhur 1 Yogyakarta dan lulus tahun 1988. Sekolah menengah atas ditempuhnya di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta, dan lulus di tahun 1991.

Saat usia remaja itulah Fokki mulai jatuh cinta dengan pemikiran Bung Karno, setelah tak sengaja menemukan Buku “Di Bawah Bendera Revolusi” yang ditulis Bung Karno milik kakeknya.

Ia semakin gandrung dengan pemikiran Bung Karno setelah kemudian melanjutkan Kuliah di STPMD APMD Yogyakarta pada jurusan Ilmu Pemerintahan.

Fokki lulus dengan gelar Sarjana (S1) Ilmu Pemerintahan Pada tahun 1996. Semasa kuliah Fokki aktif dalam Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan HMJ STPMD APMD Yogyakarta (1991-1993) dan menjadi Anggota simpatisan GMNI Cabang Yogyakarta (1993-1996).

Pejuang dan Pemikir Marhaenisme

Ketertarikannya terhadap pemikiran Marhaenisme bung Karno, membuatnya terus menggeluti kajian-kajian tentang Pancasila 1 Juni 1945.
Meski di era Orde Baru sangat sulit menemukan literatur mengenai Bung Karno, namun Fokki tak pernah berputus asa. Tak hanya gemar membaca dan aktif mengikuti kegiatan diskusi, Fokki muda juga sudah menunjukkan bakat menulis.

Pemahamannya tentang nilai-nilai marhaenisme yang merupakan akar Pancasila membentuknya sebagai pribadi yang toleran.

Baginya bhinneka Tunggal Ika, semboyan yang tersemat dalam lambang Garuda Pancasila adalah keniscayaan bagi bangsa Indonesia.

Setelah lulus kuliah, ia berjuang mencari pekerjaan. Ketika itu lapangan pekerjaan tidak mudah ditemukan.
Ia terpaksa menjadi tukang parkir di Kawasan Jalan Solo, Yogyakarta untuk memenuhi kebutuhan, setidaknya untuk kebutuhan pribadi, karena tak ingin merepotkan orang tua setelah lulus kuliah. Bahkan pekerjaan sebagai debt collector pun dilakoninya.

Namun begitu Fokki tidak meninggalkan tradisi belajar dan berburu ilmunya. Disela-sela bekerja ia mengikuti Kursus Kajian Islam di Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS) Yogyakarta (1996-1997).

Ketertarikannya dengan kajian Islam dan sosial tak lepas dari pemahamannya tentang marhaenisme yang merupakan akar sosialisme Indonesia. Pemikiran Bung Karno yang terangkum dalam konsep Marhaenisme memang tak bisa dilepaskan dari tiga hal yaitu Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme.

Ia menajamkan kemampuan menulisnya dan terlibat dalam beberapa penelitian yang diselenggarakan LKIS serta menjadi penulis lepas di beberapa surat Kabar Lokal maupun nasional.

Karya monumentalnya adalah buku: Membumikan Kembali Ajaran Marhaenisme: Percikan Pemikiran Seorang Soekarnois yang berhasil diselesaikannya dalam kurun waktu 3 tahun terakhir di sela kesibukannya ‘Ajur Ajer’ (bersatu dalam suka dan duka) bersama rakyat Yogyakarta. Buku setebal 595 halaman tersebut sudah terbit perdana pada November 2023 ini.

Riwayat Organisasi

Kecintaannya terhadap Bung Karno membawa Fokki bergabung dengan Relawan Pejuang Demokrasi (Repdem).
Fokki menjabat Ketua DPC Repdem Kota Yogyakarta periode tahun 2007-2012, Kemudian Ketua DPD Repdem Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) periode tahun 2012-2017.

Kariernya di organisasi naik menjadi Ketua DPN Repdem Bidang Pemerintah dan Otonomi Daerah periode tahun 2017-2020 dan Kembali didaulat Ketua DPN Repdem Bidang Tani dan Nelayan periode tahun 2020-2025.

Selain bergiat di Repdem, Fokki juga mendapat amanat sebagai Ketua Keluarga Besar Marhaenisme (KBM) Kota Yogyakarta dua periode (2016-2021 dan 2021-2026), Sekretaris Gerakan Pemuda Marhaenis (GPM) DIY periode 2020-2025 dan Ketua Ikatan Sarjana Rakyat Indonesia (ISRI) Kota Yogyakarta periode 2020-2025.
Rekam Jejak

Kematangan Fokki dalam berorganisasi dan pemahamannya akan marhaenisme membuat ia menjelma menjadi soekarnois yang selalu konsiten di garis perjuangan partai untuk selalu membela wong cilik sepanjang menjadi wakil rakyat di DPRD Kota Yogyakarta.

Semenjak menjadi anggota dewan, Fokki banyak turun langsung ke rakyat. Berbagai persoalan rakyat Yogyakarta ia selesaikan dengan kewenangan yang dimiliki, diantaranya advokasi Pedagang Kaki Lima, Advokasi pedagang asongan, pedagang pasar, bahkan advokasi orang poerorang rakyat kecil yang tidak bisa mendapatkan akses Pendidikan, Kesehatan hingga hukum.

Fokki selalu menjadikan Kantor DPRD Kota Yogyakarta menjadi rumah bersama Rakyat Yogyakarta dan selalu menampung aspirasi serta menindaklanjutinya dengan memberikan solusi.

Fokki juga konsiten mengawal kebijakan-kebijakan Pemerintah Kota yang berimplikasi langsung kepada rakyat. Ia tak segan menolak kebijakan-kebijakan yang tidak pro rakyat.

Fokki juga berada di garis terdepan dalam pencegahan dan mengkritisi kebijakan-kebijakan yang ber bau dugaan tindak pidana Korupsi (Tipikor). Ia selalu lantang menyuarakan pemberantasan korupsi dan melakukan Gerakan-gerakan nyata dan konkrit dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi.

Sebagai representasi Rakyat Kota Yogyakarta yang berpredikat sebagai kota toleran, Fokki juga konsisten membela kalangan minoritas, kaum marginal serta kelompok rentan, termasuk perempuan dan anak-anak. Ia dengan tegas menolak dan menentang segala bentuk intoleransi.

Ia juga selalu peduli dengan pengembangan Usaha Kecil Mikro Menengah (UMKM) serta sektor pariwisata yang menjadi nadi ekonomi rakyat Kota Yogyakarta. Ia kerap mendorong kebijakan anggaran APBD untuk dialokasikan demi kemakmuran rakyat Kota Yogyakarta, terutama untuk kelompok rakyat kecil agar perekonomian keluarganya meningkat.

Sebagai wakil rakyat Kota Pelajar, Fokki juga concern dalam upaya pembangunan Sumber Daya Manusia berkualitas, terutama untuk pemuda, generasi milenial dan Generasi Z untuk menyongsong Indonesia emas Tahun 2045.

Fokki banyak membidani ruang-ruang kreatif dan sarana pemuda Yogyakarta untuk berprestasi seperti menjadi pembina club Futsal, Tenis Meja, Taekwondo dan kegiatan-kegiatan positif untuk menghindarkan pemuda dari tidakan negative seperti klithih dan kejahatan jalanan.

Semua pengalamannya selama menjadi anggota Dewan ia tuangkan dalam buku Membumikan Kembali Ajaran Marhaenisme: Percikan Pemikiran Seorang Soekarnois. Saat ini, Fokki maju menjadi bakal calon wakil walikota Yogyakarta, dari PDI Perjuangan. (WIR)

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *