Bandarlampung – Mahasiswa Fakultas Hukum Unila kembali menorehkan prestasi membanggakan di kancah nasional. Tim debat konstitusi yang terdiri dari Ganda Hamonangan Tambunan (FH’23), Reisha Iman Alfitri (FH’24), dan Vanny Putri Tamarin (FH’23) berhasil meraih Juara II dalam ajang National Debat Constitution UNJA Law Fair 6.O Piala Prof. Fuad Bafadhal, S.H. yang diselenggarakan oleh Law Science Organization Universitas Jambi.
Kompetisi yang memperebutkan Piala Bergilir Piala Prof. Fuad Bafadhal, S.H. ini diikuti oleh 16 tim dari berbagai perguruan tinggi ternama, termasuk Universitas Indonesia, Universitas Sumatera Utara, Universitas Sebelas Maret, Universitas Sriwijaya, dan UPN Veteran Jakarta.
Tim Unila berhasil menembus babak final setelah melalui serangkaian seleksi ketat, mulai dari penyisihan online hingga semifinal yang digelar secara luring di Universitas Jambi pada Rabu, 25 Juni 2025.
Dalam babak final, Tim Unila berhadapan dengan Universitas Sumatera Utara. Meskipun harus puas di posisi kedua karena sistem victory point, mereka mencatatkan akumulasi nilai keseluruhan tertinggi, sebuah capaian yang menunjukkan kekuatan argumentasi dan analisis mereka.
Mosi babak final yang diperdebatkan sangat relevan dengan isu-isu konstitusional terkini, mulai dari penetapan kerugian BUMN sebagai kerugian negara, urgensi penempatan personel TNI aktif dalam jabatan sipil berdasarkan UU TNI terbaru di Indonesia, dan pemberian hak veto kepada DPD atas RUU yang menyangkut kepentingan daerah.
Dalam perlombaan ini, peran antar anggota tim dibagi secara sistematis. Strategi utama mereka adalah memahami substansi mosi secara mendalam, memperkaya argumen dengan jurnal akademik dan referensi pakar hukum, serta mengelola dinamika debat dengan cepat dan tenang.
Reisha (Pembicara 1) menyampaikan dasar filosofis, definisi dan urgensi dari mosi tersebut. Ganda (Pembicara 2) memaparkan landasan yuridis normatif mosi dengan mengkritisi semua UU yang menyangkut mossi dan menyatukan dalam hierarki perundang-undangan, sedangkan Vanny (Pembicara 3) menyampaikan landasan sosiologis empiris mosi dengan mengkritisi status quo dan membandingkannya dengan negara lain.
“Perasaan saya dan tim tentu sangat senang karena lomba ini termasuk salah satu lomba bergengsi tahunan dan kami berhasil mengalahkan universitas lain,” ujar Ganda saat diwawancarai Jum’at, 27 Juni 2025.
Keberhasilan tim ini tentu tidak terlepas dari kerja sama dan strategi yang kuat, serta dukungan dari official team, Corry Dea Elysia (FH’22) yang memiliki peran sangat penting selama proses kompetisi. Mulai dari pengurusan berkas, mendampingi saat latihan, hingga hal-hal teknis lainnya.
Tidak hanya sekadar mengejar kemenangan, bagi tim FH Unila, kompetisi ini menjadi pijakan penting untuk langkah yang lebih besar.
“Arti penghargaan ini yaitu sebagai batu loncatan kami ke depan.
Saya dan teman saya berencana untuk membentuk sebuah komunitas debat yang dikenal oleh universitas lain dan menciptakan delegasi terbaik untuk bertanding di banyak perlombaan,” lanjut Ganda.
Menutup wawancara, Ganda menyampaikan pesan penuh semangat kepada mahasiswa Unila lainnya. “Jangan pernah merasa kecil jika disandingkan dengan hal-hal besar.
Kita semua punya potensi. Buat tim lawan takut melawan kita, bukan sebaliknya. Karena bintang akan bersinar di waktunya.” (*)