DIY – Di Awal Juli 2024, Badan Pusat Statistik merilis data propinsi termiskin di Indonesia. Untuk wilayah Pulau Jawa, Daerah Istimewa Yogyakarta kembali menjadi Propinsi termiskin selama 3 kali.
Hal ini menjadi catatan tersendiri karena Yogyakarta di kenal sebagai Kota Wisata, Kota Pendidikan, Kota Budaya dan masih banyak lagi julukan yang tersemat di Daerah Istimewa Yogyakarta.
“Maka perlu adanya upaya untuk mengentaskan kemiskinan di DIY ini. Salah satu strategi utama yang digunakan adalah dengan memperkuat Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan mengatasi pengangguran, khususnya di sektor pariwisata Hotel dan Kapal Pesiar luar negeri.”
“UMKM memainkan peran penting dalam perekonomian DIY, dengan mempekerjakan banyak orang dan berkontribusi pada produk domestik regional,” kata Akademisi dan Praktisi Usaha Pariwisata DIY, DR. (Can) Arya Ariyanto, SE.MM., Senin (8/7/2024).
Memperkuat UMKM kata Arya, dapat membantu menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan, dan mengurangi kemiskinan.
“Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai upaya, seperti: meningkatkan akses ke pendanaan ; banyak UMKM di DIY kesulitan mendapatkan akses ke pendanaan formal. Hal ini dapat diatasi dengan menyediakan program pinjaman dan hibah yang lebih mudah diakses, serta meningkatkan literasi keuangan di kalangan pelaku UMKM.”
“Mempermudah perizinan usaha: Proses perizinan usaha yang rumit dan memakan waktu dapat menjadi hambatan bagi UMKM untuk berkembang. Perlu dilakukan penyederhanaan regulasi dan digitalisasi proses perizinan untuk mempermudah UMKM dalam memulai dan menjalankan usahanya,” jelas Arya yang juga Dirut Jogkem Grup itu.
Meningkatkan pelatihan dan pendampingan. Pelaku UMKM membutuhkan pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan keterampilan bisnis, manajemen, dan pemasaran mereka.
“Pemerintah dan organisasi non-pemerintah dapat bekerja sama untuk menyediakan program pelatihan dan pendampingan yang berkualitas dan mudah diakses,” sambungnya.
Membuka akses pasar: UMKM di DIY perlu dibantu untuk menjangkau pasar yang lebih luas, baik domestik maupun internasional.
“Hal ini dapat dilakukan melalui promosi produk UMKM, partisipasi dalam pameran dagang, dan pengembangan platform e-commerce serta target Ekspor Produk UMKM di beberapa negara yang memiliki banyak TKI di negara tersebut,” paparnya.
Selain memperkuat UMKM, pengentasan pengangguran, khususnya di sektor pariwisata Hotel dan Kapal Pesiar Luar Negeri, juga merupakan kunci untuk memerangi kemiskinan di DIY.
“Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi pengangguran di sektor ini antara lain, meningkatkan keterampilan Diklat Praktis Hotel dan Kapal Pesiar. Tenaga kerja di sektor pariwisata khususnya Hotel dan Kapal Pesiar perlu memiliki kemampuan praktis dan kompeten di bidangnya.”
“Maka dapat dilakukan dengan menyediakan program yang berkualitas dan mudah diakses,” katanya.
Memperkuat kerjasama dengan agen penyaluran luar negeri. Membuka peluang kerja bagi masyarakat DIY di sektor pariwisata Hotel dan Kapal Pesiar luar negeri dengan menjalin kerjasama dengan agen penyaluran luar negeri yang resmi di bawah pengawasan dinas terkait.
“Dengan memperkuat UMKM dan mengatasi pengangguran di sektor pariwisata Hotel dan Kapal Pesiar Luar Negeri, DIY dapat membuat langkah yang signifikan dalam memerangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Upaya ini membutuhkan komitmen dan kerjasama dari semua pihak, baik pemerintah, sektor swasta, maupun masyarakat sipil,” tutup Ariyanto.
Sekedar informasi, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada Juni 2024, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kembali menempati posisi sebagai provinsi termiskin di Pulau Jawa dengan tingkat kemiskinan mencapai 10,83 persen.
Angka ini menunjukkan bahwa terdapat 445.550 orang di DIY yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Namun, secara umum persentase penduduk miskin di DIY turun 0,21 poin persen dibandingkan Maret 2023, dan turun 0,66 poin persen dibandingkan September 2022. (Wr)