BeritaYogyakarta

Pengamat Sosial Pariwisata Sampaikan Fenomena LGBT, Punya Pengaruh Besar Negatif Terhadap Budaya Indonesia

12
×

Pengamat Sosial Pariwisata Sampaikan Fenomena LGBT, Punya Pengaruh Besar Negatif Terhadap Budaya Indonesia

Sebarkan artikel ini

DIY – Perkembangan pergaulan di era globalisasi tidak hanya mengarah pada pergaulan yang positif namun juga ke arah negatif. Positif karena pergaulan menjadi makin dinamis dengan cakupan yang luas tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu, negatif karena pergaulan sekarang ini mengarah pada pergaulan bebas. Bahkan sebebas-bebasnya, hingga sekarang ini selain muncul fenomena kehamilan remaja, juga muncul fenomena LGBT atau Lesbi, Gay, Bisex dan Transgender. Fenomena ini harus diwaspadai semua pihak karena bisa merusak tatanan kehidupan masyarakat apalagi itu jelas-jelas melanggar norma agama.

“Fenomena LGBT sebenarnya sudah dikenal sejak lama,artinya bahwa perilaku penyimpangan tersebut sudah tidak sembunyi-sembunyi lagi dimasyarakat. Diakui ada sebagian masyarakat yang pro dan kontra tergantung dari sudut pandang masing-masing orang.”

“Bila saat ini kembali marak disekitar lingkungan kita, maka dapat dikatakan bahwa masyarakat kita yang majemuk ini juga memiliki penilaian bermacam-macam, ada yang merasa khawatir dengan perilaku menyimpang tersebut. Karena tentu akan mempengaruhi dan meracuni mental anak-anak sebagai generasi muda, namun ada juga yang berpola pandang sebaliknya, bahwa hal tersebut sudah biasa seperti halnya budaya bangsa-bangsa lain,” kata Pengamat Sosial dan Pariwisata, Dr. Damiasih,MM., M.Par., CHE., CGSP, Selasa (25/6/2024).

Lebih lanjut kata Damiasih, budaya bangsa lain yang menganggap itu hal biasa, seakan merasa bahwa itulah hidup di era modern. Ketidakakuran persepsi masyarakat terhadap fenomena inilah, yang akan mengganggu image bangsa kita, yang sudah dibangun oleh para pendahulu kita.

“Bahwa Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi budaya timur, adab, sopan santun dan dikenal sebagai masyarakat yang beragama. Terlebih-lebih untuk sektor pariwisata yang mana negara ini dikenal dengan keelokan alam dan keagungan budayanya yang termasyur, bila LGBT terus tumbuh tanpa terkendali, maka dapat dipastikan negara kita kedepan hanya punya nama akan tetapi tatanan budaya dan moral telah rusak oleh fenomena tersebut,” ungkapnya.

Sekarang kita ditantang, sanggupkah kita mempertahankan negara kita sebagai destinasi wisata dunia, bila arus pendukung fenomena tersebut semakin berkembang dan terang-terangan ?

Diakui bahwa untuk menghapus fenomena itu, sangat tidak mudah dan butuh waktu panjang, serta butuh kolaborasi atau kerjasama dari lintas tokoh masyarakat dan sangat urgent adanya edukasi mental, agama,dan kegiatan-kegiatan positif yang berkelanjutan.

Damiasih juga menyoroti perkembangan teknologi yang massif, yang juga dapat dianggap sebagai triger tumbuh subur fenomena tersebut.

“Kita tidak bisa membendung arus laju teknologi, yang jelas generasi muda harapan bangsa ini harus diselamatkan bila tidak ingin negara ini semakin terpuruk dampak dari fenomena tersebut,” pungkasnya. (Wir)

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *