Sydney, Australia – Seorang Tiktoker asal Lampung, Bima Yudho, yang kini menetap di Sydney, mengunggah video kritik tajam terhadap Pilkada Lampung 2024.
Dalam video tersebut, Bima mengungkapkan pandangannya terkait oligarki politik, dinasti politik, dan teori kartel dalam dinamika politik di Lampung.
“Gue udah pasrah, tapi mari kita analisis,”ujar Bima mengawali videonya.
Ia mengkritik pola kekuasaan yang menurutnya dikuasai oleh segelintir elit, baik dari sisi ekonomi, sosial, maupun politik.
Mengacu pada teori politik, Bima menyoroti keterlibatan dua partai besar, Golkar dan PDIP, yang memainkan peran signifikan dalam Pilkada Lampung.
Bima mengungkapkan kejanggalan terkait pencalonan Arinal Djunaidi, yang sebelumnya kader Golkar tetapi maju melalui PDIP.
Menurutnya, fenomena ini mencerminkan adanya kesepakatan elit di balik layar yang tidak sepenuhnya terlihat oleh publik.
Selain itu, Bima menyoroti kandidat lain, seperti Jihan, yang memiliki koneksi kuat dengan keluarga pejabat tinggi.
“Ini memperlihatkan bagaimana dinasti politik terus bertahan di Lampung,”kata Bima.
Ia membandingkan kondisi ini dengan pola politik nasional, seperti keluarga besar Megawati dan SBY, yang menurutnya serupa dengan dinamika politik lokal di Lampung.
Dalam analisisnya, Bima juga menggunakan teori kartel partai, di mana partai politik lebih berfokus mempertahankan kekuasaan daripada menawarkan alternatif ideologis.
Ia menyebut bahwa keputusan Golkar dan PDIP untuk mendukung kandidat berbeda merupakan strategi untuk tetap mendominasi tanpa mengorbankan kepentingan bersama.
“Mereka tahu elektabilitas bisa goyah, jadi yang penting tetap ada di lingkaran kekuasaan,”tambahnya.
Unggahan Bima segera menuai perhatian warganet, khususnya warga Lampung. Banyak yang mendukung analisisnya, tetapi tak sedikit pula yang menilai sikapnya terlalu apatis.
“Kita butuh lebih banyak orang seperti Bima yang berani mengkritisi,” tulis salah satu pengguna TikTok di kolom komentar.
Namun, ada pula yang menilai kritik tersebut kurang memberikan solusi konkret bagi masyarakat Lampung.
Di akhir videonya, Bima menyimpulkan bahwa politik di Lampung masih didominasi oleh elit dan dinasti yang menghambat perubahan signifikan.
“Gue enggak pesimis, tapi realistis. Kalau kita enggak ubah sistemnya, Pilkada cuma jadi permainan elit,” tutupnya.(*)