BeritaBerita Utama

Lakon “Semar Mbarang Jantur” Ki Sujiwo Tejo, Penutup Megah Pringsewu Cultural Festival 2025 yang Eratkan Persatuan

46
×

Lakon “Semar Mbarang Jantur” Ki Sujiwo Tejo, Penutup Megah Pringsewu Cultural Festival 2025 yang Eratkan Persatuan

Sebarkan artikel ini

PRINGSEWU – Pringsewu Cultural Festival 2025 resmi ditutup secara megah dengan pagelaran wayang kulit yang dibawakan oleh budayawan eksentrik, Ki Sujiwo Tejo, di halaman Mapolres Pringsewu, Jumat malam (17/10/2025).

Pertunjukan yang menampilkan lakon “Semar Mbarang Jantur” (Semar Mengamen) ini tidak hanya menghibur hingga dini hari, tetapi juga sarat dengan pesan moral dan spiritual yang kuat mengenai pentingnya persatuan.

Dalam gaya khasnya yang humoris dan filosofis, Presiden The Jancukers tersebut membawakan reinterpretasi dari kisah “Jatmara Sai Bumi,” yang merupakan karya tulis Kapolres Pringsewu AKBP M. Yunnus Saputra.

Lakon ini menggambarkan Semar sebagai sosok pengembara yang mengamen (mbarang jantur) demi Arjuna, namun sejatinya sedang menyampaikan pesan mendalam bagi manusia modern.

Pesan Kemanusiaan dalam Lakon Semar
Kapolres Pringsewu AKBP M. Yunnus Saputra menjelaskan bahwa lakon tersebut selaras dengan nilai-nilai yang diangkat dalam bukunya, Hikayat Sang Timur.

“Semar ini sejatinya adalah Jatmara itu sendiri, ia hadir untuk mengingatkan manusia agar keluar dari dosa-dosa masanya,” ujar AKBP Yunnus.

Ia menguraikan, lakon tersebut menyoroti dua kelompok dosa masyarakat masa kini: kelompok miskin dan bodoh yang penuh angkara murka, serta kelompok kaya yang sombong dan serakah.

Kedua kelompok ini, menurutnya, hanya dapat disadarkan bila manusia menyingkirkan dosa terbesar, yakni dosa menyekutukan Tuhan. “Itulah pesan yang kami ingin sampaikan lewat pementasan wayang kulit ini,” tegasnya.

Kolaborasi Lintas Budaya dan Simbol Kepemimpinan
Pagelaran ini menjadi penutup yang istimewa dengan hadirnya kolaborasi lintas budaya yang memukau.

Lima kesenian lokal—mulai dari Barongsai, Tari Tradisi Lampung, Gambung, Kesenian Silat, hingga Kesenian Sastra—turut dihadirkan, mencerminkan kekayaan budaya yang harmonis di Pringsewu.

Yang menarik perhatian publik, Kapolres Pringsewu AKBP M. Yunnus Saputra sendiri turut terlibat langsung dalam pementasan dengan mengenakan kostum Semar. Penampilan ini menjadi simbol kepemimpinan yang mengayomi, membumi, dan sejalan dengan makna tokoh Semar sebagai penasihat spiritual dalam pewayangan.

Momentum Hari Kebudayaan Nasional dan Ulang Tahun Presiden
AKBP Yunnus membenarkan bahwa pelaksanaan festival ini memiliki makna ganda.

Selain menutup rangkaian Pringsewu Cultural Festival yang telah berlangsung selama tiga hari dengan berbagai acara seperti lomba kuda kepang dan karnaval budaya, festival ini juga bertepatan dengan momen penting.

“Festival ini memang kami selenggarakan bertepatan dengan Hari Kebudayaan Nasional yang pertama, dan kebetulan juga bertepatan dengan hari ulang tahun Bapak Presiden Prabowo [Subianto],” ungkapnya.

Ia menegaskan, semangat utama penyelenggaraan adalah memperkuat nilai-nilai kebangsaan dan kebudayaan sebagai perekat persatuan.

“Harapan kami sederhana, semangatnya adalah mempersatukan semua keberagaman tanpa melihat perbedaan suku, agama, ras, maupun golongan. Justru perbedaan itulah yang membuat kita kaya, bukan menjadi sumber perpecahan,” pungkasnya.

Pagelaran wayang kulit “Semar Mbarang Jantur” ini pun menutup seluruh rangkaian festival dengan pesan mendalam: bahwa budaya adalah jalan untuk menyatukan hati dan pikiran dalam bingkai keberagaman bangsa.(Rul)

Editor: Rudi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *