Pringsewu – Sorotan tajam terhadap buruknya pelayanan dan fasilitas di Puskesmas Rawat Inap Pardasuka, Kabupaten Pringsewu, kini mulai mendapat respons dari kalangan legislatif. Salah satu anggota Komisi IV DPRD Pringsewu, Nurul Ekhwan, secara terbuka menilai ada ketidakpekaan dari wakil rakyat yang berasal dari daerah pemilihan setempat. Ia menyebut anggota DPRD yang juga merupakan istri Ketua Apdesi Pringsewu, Sefti Wahyuni, sebagai salah satu yang seharusnya lebih dahulu mengetahui dan bersuara atas permasalahan tersebut.
“Belum masuk (informasinya). Salah satu anggota komisi empat itu kan orang Pardasuka, istrinya ketua Apdesi (Pringsewu) Jevi. Harusnya anggota dewan yang disana sudah tahu duluan,” kata Nurul, Rabu (25/06/2025).
Pernyataan Nurul ini merujuk pada sederet persoalan yang terungkap di Puskesmas Pardasuka, termasuk infus bekas pakai, jarum suntik anak yang kosong, ruang rawat inap yang bocor saat hujan.
Nurul menyatakan bahwa pihaknya di Komisi IV DPRD Pringsewu berencana melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke lokasi. Ia menekankan bahwa Komisi IV memiliki kewajiban untuk turun langsung menyikapi kondisi layanan publik yang tidak memadai.
“Sudah pasti lah, itu kewajiban kami, kalau memang ada laporan. Kami akan sampaikan kepada kawan-kawan Komisi IV untuk sidak ke sana. Setelah itu baru kami sampaikan ke OPD terkait, Dinas Kesehatan agar ditindaklanjuti,” ujar politisi Partai Demokrat tersebut.
Redaksi Jestv.id telah berupaya menghubungi Sefti Wahyuni untuk meminta tanggapan atas pernyataan Nurul Ekhwan tersebut. Hingga berita ini diterbitkan, yang bersangkutan belum merespons panggilan telepon maupun pesan yang dikirim melalui WhatsApp.
Sebagai wakil rakyat dari daerah pemilihan Pardasuka dan sekitarnya, peran Sefti menjadi penting untuk memastikan pengawasan terhadap fasilitas publik seperti Puskesmas berjalan dengan optimal.
Sebelumnya, sejumlah pasien dan keluarga pasien mengungkapkan keluhan atas buruknya layanan di Puskesmas Pardasuka. Mulai dari infus bekas pakai, tidak tersedianya jarum suntik untuk anak, hingga ruang rawat inap yang bocor.
Kondisi ini memicu pertanyaan publik terhadap kualitas pengawasan dan penggunaan anggaran yang sudah dikucurkan. Dalam data Rencana Umum Pengadaan (RUP), terungkap bahwa pada tahun 2025 Puskesmas Pardasuka menganggarkan Rp46 juta untuk belanja peralatan medis. Bahkan, pada 2024, anggaran untuk belanja peralatan dan mesin mencapai Rp119 juta.
Dengan anggaran sebesar itu, masyarakat mempertanyakan mengapa kebutuhan dasar seperti jarum suntik anak dan infus steril bisa kosong, sementara ruang perawatan pun dibiarkan dalam kondisi memprihatinkan.